WASHINGTON--Pemuda dan pemudi Muslim AS memanfaatkan sela konvensi Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) guna saling berkenalan satu sama lain. Perkenalan itu diatur sedemikian rupa, mengadopsi gaya perjodohan di AS.





Perkenalan itu sangat membantu mereka yang mengalami kesulitan soal jodoh. "Banyak pemuda dan pemudi yang datang kepada saya, mereka mengeluhkan sikap orang tuanya yang enggan membantu mencari jodoh," komentar Altaf Husain, asisten profesor pekerjaan sosial, Universitas Howard seperti dikutip washingtonpost.com, Rabu (5/9).

Ratusan pria dan perempuan lajang berusia 21-50 tahun mengikuti perkenalan itu. Untuk jadi peserta mereka harus memenuhi syarat seperti informasi biografis, latar belakang etnis dan status kewarganegaraan.

Dalam perkenalan itu, perempuan muda duduk di salah satu sisi meja persegi panjang, sementara kelompok pria diseberangnya. Panitia perkenalan memberikan waktu tiga menit kepada setiap peserta untuk saling mengenal.

"Entah alasan apa, ada peserta yang enggan berpindah meja," ungkap Nida, moderator.

Husain mengungkap masalah mobilitas menjadi penyebab utama mengapa pemuda dan pemudi Muslim sulit menemukan jodoh mereka. Penyebab lain, jumlah perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki.

"Islam menghargai pernikahan. Dalam konteks usaha, medium perkenalan tidak masalah asal jangan meninggalkan prinsip Islam," kata dia.

$umb3r

Leave a Reply