Teknik Fotografi - Mode manual bisa dikatakan sebuah mode yang mirip dengan Aperture Priority dan Shutter Priority, tetapi tidak seperti kedua mode semi otomatis tersebut, Sobat harus mengatur baik itu kecepetan shutter (shutter speed) dan aperture dengan tangan kalian sendiri.

Mode Dial PopArt ;)
Photo: arsami
Kamera pada mode Manual tidak akan membuat sebuah perubahan pengaturan secara otomatis, Sobat masih tetap dipandu oleh sistem metering kamera untuk mendapatkan exposure terbaik. Parameter pengaturan lainnya seperti fokus, white balance serta ISO bisa diset secara otomatis jika Sobat menginginkannya.

 

Bagaimana sebenarnya mode manual ini bekerja?

Ketika menggunakan mode manual, Sobat harus menentukan apa yang menjadi prioritas kalian agar mendapatkan foto yang Sobat inginkan: Depth of Field (bagian frame yang terfokus) atau durasi exposure (bagaimana gerakan terekam dalam foto). Jika Sobat telah memiliki prioritas ini maka kalian akan dengan mudah menentukan parameter apa yang harus diatur terlebih dahulu. Apakah shutter speed atau aperture!

Jika Sobat merasa Depth of Field adalah hal terpenting dalam foto, maka Sobat bisa mengatur aperture terlebih dahulu. Sebagai contoh: saat memotret landscape (dimana depth of field luas sangat diperlukan) atau foto Portrait (dimana depth of field sempit akan memberikan nuansa blur pada background).

Aperture kecil (seperti: f/16 dan f/22) akan meningkatkan depth of field, dan sebaliknya aperture lebar (seperti: f/2.8 dan f/4) akan mengurangi tingkat depth of field. Jika durasi atau rentang waktu exposure menjadi hal penting dalam foto, maka pilihlah shutter speed terlebih dahulu. Shutter speed cepat (seperti 1/1000 detik) bisa sangat membantu mem-freeze atau membekukan sebuah obyek yang bergerak cepat, sedangkan shutter speed lambat (1/10 detik) akan mengakibatkan blur.

 

Ok, Jadi apa langkah selanjutnya?

Setelah Sobat mengatur parameter awal, baik itu shutter speed atau aperture, maka sekarang saatnya Sobat set yang lainnya (jika parameter awal adalah aperture maka sekarang set shutter speed dan juga sebaliknya). Meskipun kombinasi yang tepat akan berubah menurut situasi dan kondisi pencahayaan, prinsipnya masih tetap sama: aperture kecil mengijinkan sedikit cahaya untuk masuk sehingga membutuhkan shutter speed yang lebih lambat untuk mendapatkan exposure, sedangkan exposure lebar/luas mengijinkan lebih banyak cahaya dan memungkinkan fotografer menggunakan shutter speed yang relatif lebih cepat.

Pada saat melakukan perubahan pengaturan, alangkah baiknya Sobat memperhatikan indikator/skala exposure pada viewfinder, indikator ini menunjukkan apakah subyek foto mendapatkan exposure yang pas, atau underexposure atau malah overexposure. Sebagai tambahan Sobat juga bisa merubah pengaturan ISO untuk merubah tingkat exposure.

ISO memberikan kontrol pada tingkat sensitifitas sensor kamera terhadap cahaya. Pemilihan ISO tinggi akan membuat sensor lebih sensitif terhadap cahaya, sedangkan ISO rendah membuat sensor kurang sensitif (jadi butuh lebih banyak cahaya yang diperlukan untuk membuat expsoure yang sama).

Pengaturan ISO memberikan lebih banyak pilihan dalam hal memilih kombinasi shutter speed serta aperture pada sebuah kondisi/situasi pencahayaan. sebagai contoh: Penggunaan ISO tinggi akan memudahkan Sobat ketika memilih aperture kecil dan shutter speed cepat ketika memotret landscape pada kondisi pencahayaan rendah.

 

Jadi apa tujuan adanya mode Manual jika ada mode Otomatis?

Memang benar jika keharusan mengatur aperture dan shutter speed sebelum memotret akan memperlambat kita. Mode manual tidak didesain untuk memotret pada situasi pencahayaan yang sering berubah, karena Sobat akan sering melakukan kompensasi pada setiap perubahan pencahayaan. Kamera menyediakan mode otomatis atau semi otomatis untuk memotret pada kondisi pencahayaan yang sering berubah.

Fakta bahwa aperture dan shutter speed akan tetap sama pada mode Manual bisa dikatakan adalah sebuah keuntungan tersendiri. Mode manual sangat cocok pada subyek yang bergerak selama kondisi pencahayaan tetap konstan, Sobat bisa memilih kombinasi aperture, shutter speed serta ISO untuk sebuah subyek dan memastikan mereka tetapi terekspose secara tepat, meskipun background berubah.

 

Kenapa Background yang berubah bisa mempengaruhi exposure?

Exposure secara normal akan secara otomatis berubah menurut beberapa faktor, seperti kuantitas serta kualitas cahaya, mode metering yang Sobat gunakan, tone yang menyebar pada frame, ukuran subyek terhadap background. Pada beberapa kondisi Sobat mungkin akan menggunakan exposure compensation untuk memastikan hasil foto tidak under atau overexposure

Sebagai contoh: bayangkan Sobat memotret serial foto dari sebuah pesawat yang sedang take-off pada siang hari yang berawan. Exposure secara keseleruhan cenderung netral pada saat pesawan masih berada di landasan, namun ketika pesawat mulai naik, hamparan langit yang cerah cenderung menipu kamera sehingga akan menurunkan tingkat exposure (masih ingat kan bahwa kamera selalu ingin mencoba memberikan hasil exposure mendekati mid-tone).

Hasilnya? Awan putih yang kita lihat akan menjadi abu-abu (grey) dan pesawat akan terlihat semacam siluet. Sobat butuh menggunakan exposure compensation untuk menaikkan tingkat kecerahan  dan mengembalikan detail dari pesawat terbang tersebut.

Dengan menggunakan mode Manual, Sobat bisa mengatur exposure dari awal pemotretan dan memastikan bahwa pesawat memiliki exposure yang akurat.

 

Bukankah saya masih bisa menggunakan tombol Exposure Lock pada kamera?

Yap... Sobat bisa memotret menggunakan Aperture Priority atau Shutter Priority dan menekan tombol Exposure Lock agar menjaga kombinasi aperture, shutter speed serta ISO tetap sama, tatapi bukankah dengan adanya mode Manual bisa menjadi sebuah pilihan atau opsi lain yang patut dipertimbangkan? Menggunakan mode Manual memungkinkan Sobat untuk sedikit melupakan exposure dan fokus terhadap aspek-aspek komposisi yang lebih tricky.

 

Jadi kapan Saya hendaknya menggunakan mode Manual?

Seperti yang sudah Kami sebutkan diatas, mode Manual seringkali cocok ketika Sobat memotret subyek gerak pada pencahayaan konstan/tetap, tetapi Sobat masih bisa menggunakan mode ini pada setiap subyek. Jika sobat masih dalam tahap mempelajari dunia fotografi, maka mode ini sangat cocok untuk digunakan. Mode Manual merupakan alat belajar yang sangat sempurna. Mode ini juga sangat bagus digunakan jika Sobat menggunakan flash, memudahkan Sobat untuk mendapatkan keseimbangan antara cahaya flash serta cahaya yang ada di sekitar subyek foto.

$umb3r
Tips Fotografi - Berikut ini adalah beberapa tips menambahkan efek flare lensa dengan mudah ke dalam foto-foto Sobat InFotografi:
flare
Photo: Anna P

1. Komposisikan sumber cahaya pada tepian/pinggir frame. Sobat bisa menempatkan cahaya di bagian pinggir/tepi komposisi frame kalian atau sedikit diluar tepian frame yang terlihat di viewfinder, cara ini akan menambah peluang terbentuknya flare dan juga meningkatkan jumlah flare.


2. Lepas lens hood kalian. Lens hood didesain untuk mengurangi cahaya yang nyasar masuk ke dalam lensa, jadi fungsi utama perangkat ini adalah memang untuk mengurangi potensi terjadinya flare lensa. Dengan melepas lens hood akan meningkatkan peluang dan jumlah flare lensa di dalam foto-foto kalian.

3. Gunakan lensa wide-angle. Lensa wide dan ultra-wide cenderung lebih mudah menghasilkan flare. Hal ini dikarenakan lensa ini lebih sulit membendung cahaya-cahaya yang nyasar. Kurva lebar optik juga memantulkan cahaya dengan tingkat yang lebih besar, sehingga akan menciptakan lebih banyak flare. Yang perlu diingat adalah: Lensa-lensa wide yang berharga mahal  seringkali memiliki coating optik yang mengurangi terjadinya flare lensa.

4. Gunakan Aperture Lebar (Bilangan kecil). Penggunaan aperture yang lebih lebar berarti mengijinkan lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam lensa. Hal ini juga berarti akan ada banyak cahaya membandel yang terpantul diantara elemen-elemen optik lensa sehingga terjad flare. Hal sebaliknya terjadi jika Sobat menggunakan Aperture kecil (bilangan besar), aperture kecil akan memfokuskan arah datangnya cahaya tepat berada di depan sensor dengan pola yang ketat, pengendalian cahaya akan jadi lebih baik, dan pastinya akan mengurangi jumlah cahaya yang mengakibatkan flare lensa.

5. Gunakan lensa-lensa tua atau murah. Film tidak memantulkan cahaya kembali ke lensa, lensa film yang lebih tua biasanya tidak memiliki elemen lapisan (coating) dibagian depan. filter kilap yang berada di depan sensor memantulkan cahaya dan bisa menyebabkan flare. Lensa yang relatif murah kebanyakan memiliki lapisan atau coating yang kurang efektif untuk mengurangi potensi terjadinya flare lensa dibanding lensa-lensa yang relatif lebih mahal.

6. Gunakan filter UV. Filter ini (terutama yang beharga relatif murah) sangat berpotensi menyebabkan flare lensa. Sobat bisa memanfaatkan hal ini untuk mendapatkan flare pada foto-foto kalian.

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah: Jika Sobat memang berniat menambahkan efek flare lensa di dalam komposisi foto kalian, maka bersiaplah untuk melakukan post-processing menggunakan perangkat lunak editing gambar. Kenapa? Seperti yang telah Kami sampaikan sebelumnya bahwa foto yang memiliki flare akan cenderung mengalami penurunan kontras dan saturasi warna. Jadi jika Sobat ingin mendapatkan hasil terbaik maka lakukan post-processing.

Pada saat post processing menggunakan software, langkah yang bisa Sobat ambil adalah meningkatkan kontras menggunakan Curves atau Level. Sobat juga bisa menggunakan tool vibrance dan/atau saturation untuk mengangkat warna yang sedikit menghilang.

Jadi tunggu apa lagi Sobat?? Memotretlah dan langgar aturan memotret langsung berhadapan dengan matahari... Selamat Mencoba!!